Tuesday, 5 February 2013

Mencicipi Manisnya Usaha Kedai Kopi

SHUTTERSTOCK

 
Bisnis warung kopi dengan konsep kafe kian menjamur. Setiap saat selalu saja ada pemain baru terjun ke bisnis ini. Guna mengembangkan usahanya, banyak dari mereka  yang menawarkan kemitraan atau waralaba.
Salah satunya adalah Utama Budi Iwanto, pemilik Coffezone di Surabaya, Jawa Timur. Pria yang akrab disapa Budi ini mendirikan kedai kopi Coffezone pada Juni 2010. Selang setahun, ia lantas menawarkan kemitraan.
Saat ini, Coffezone sudah memiliki sembilan mitra yang tersebar di Surabaya, Gresik, dan Nusa Tenggara Timur. Coffezone menonjolkan produk kopi asli Indonesia, seperti kopi gayo khas Aceh, kopi Toraja, kopi Kintamani, dan kopu Wamena, Papua.
Selain menonjolkan cita rasa kopi lokal, cara penyeduhannya juga tidak manual seperti kedai kopi biasa. Kedai kopi ini menggunakan metode seduh ala Jepang dengan memakai syphon, moca pot Italia, dan Vietnam drip.
Dengan cara seduh seperti itu, tekstur kopi menonjol dan rasanya cenderung sangat kuat. Penyeduhannya juga dilakukan di hadapan pengunjung sehingga bisa menjadi atraksi tersendiri.
Coffezone juga menyediakan minuman teh dan cokelat. Sementara, makanan ringannya ada sandwich, pancake, bagel, banana stick, dan roti cane. Harga makanan dan minuman dibanderol seharga Rp 10.000 – Rp 17.500.
Coffezone menawarkan dua paket usaha. Pertama, paket Island senilai Rp 45 juta. Mitra mendapatkan outlet 2 meter x 2 meter, lemari es portable, mesin kopi dan grinder, blender, moca pot, syphon coffee maker, Vietnam drip, water dispenser, bahan baku 250 gelas, media promosi, dan lima seragam karyawan.
Dalam sehari, mitra bisa meraup omzet Rp 600.000 hingga Rp 1 juta. Coffezone memungut biaya royalti Rp 300.000 per bulan dari mitra yang mengambil paket ini.
Kedua, paket Kafe dengan biaya investasi Rp 75 juta. Fasilitas yang didapat sama dengan paket pertama, tetapi dengan jumlah lebih banyak. Adapun fasilitas tambahan terdiri dari desain ruangan, dua sofa, dan lima set tempat duduk.
Ia menargetkan, mitra paket ini bisa mengantongi omzet Rp 900.000-Rp 1,5 juta per hari. Untuk paket ini, Budi memungut royalti Rp 500.000 per bulan.
Syarat mengambil paket kafe harus menyiapkan ruangan 50 meter persegi. Budi menjanjikan, laba bersih dari setiap paket sebesar 60 persen. Balik modalnya setelah satu tahun menjalani usaha.
Konsultan waralaba dari International Franchise Business Management, Evi Diah Puspitawati, menilai, tawaran kemitraan Coffezone perlu dipelajari dengan teliti. Soalnya, usaha ini baru berjalan sekitar dua tahun.
Dengan waktu yang masih relatif singkat, ia menilai, Coffezone masih minim pengalaman di bisnis kedai kopi.Menurut dia, butuh waktu minimal tiga tahun agar bisa memahami betul usaha yang dijalankannya.
Evi juga menilai, menu kopi di Coffezone tidak ada yang berbeda dari kedai yang lain. "Saya khawatir, bisnisnya eksis hanya karena euforia bahwa kedai kopi sekarang sedang menjadi gaya hidup," ujarnya.

0 comment:

Post a Comment