Saturday, 4 May 2013

Phinisi Kapal Layar Kebanggaan Indonesia.


Kerajinan Kapal Phinisi yang dibuat dengan detail & mempunyai nilai seni yang tinggi

Nenek Moyangku orang Pelaut..lagu yang sering kita dengar waktu kecil kan gan..dan Phinisi adalah bukti kalau sejak dahulu kala Nenek Moyang kita sudah menjelajah samudra luas.

Indonesia dikenal sebagai negara bahari. Tak hanya dikenal memiliki pelaut-pelaut ulung dan gagah berani, Nusantara juga memiliki sebuah perahu tradisional telah telah tersohor ke berbagai penjuru dunia, yaitu Kapal Layar Phinisi.

Phinisi merupakan perahu layar tradisional karya pelaut Suku Bugis - Makassar di Sulawesi Selatan yang telah lama dikenal memiliki pelaut-pelaut ulung dan gagah berani. Sejak berabad silam, perahu inilah yang telah menemani mereka dalam menjelajahi samudra raya dan menjangkau pulau-pulau lain, untuk berdagang maupun menangkap ikan atau hasil laut lainnya.


Kapal Layar Phinisi yang sedang berlayar mengarungi Samudera

Phinisi memiliki sejarah yang panjang dan ikatan yang erat dalam kehidupan masyarakat Suku Bugis - Makassar. Perahu ini pun tercatat dalam sejumlah catatan kuno yang terkait dengan daerah di timur Indonesia ini. 

Dari catatan Bugis kuno I La Galigo, Phinisi disebutkan sebagai perahu yang membawa Sawerigading, Raja Luwu, ketika berlayar ke negeri Tiongkok untuk menyunting seorang putri, We Cudai. Karya sastra yang ditulis pada abad ke-13 hingga 15 itu pun menyatakan bahwa Sawerigading berhasil mencapai Negeri Tiongkok. 

Ada kisah lain tentang ketangguhan Phinisi, dimana, pada zaman dahulu, perahu ini mampu berlayar hingga ke benua Afrika. Hal ini berdasarkan adanya temuan fosil yang dianggap sebagai Phinisi di wilayah Madagaskar. 


Pelaut Bugis yang mengawasi & naik diatas layar Kapal Phinisi

Bukti akan temuan tersebut memang masih belum dianggap kuat, tapi dari fakta yang ada menujukkan bahwa terdapat komunitas-komunitas Bugis - Makassar di sejumlah negara di kawasan Afrika dan Asia, yang tentu saja, ini sangat erat kaitannya dengan Phinisi. 

Akan tetapi, dunia akhirnya mengakui ketangguhan Phinisi dengan kesuksesan yang diraih oleh tim ekspedisi pelayaran Phinisi Nusantara pada tahun 1986 silam. Perahu layar tradisional karya anak bangsa ini, yang juga diawaki oleh para pelaut Indonesia, berhasil mencapai Vancouver di Kanada, dari Jakarta. Peristiwa ini menjadi bukti otentik akan ketangguhan Phinisi berikut para pelautnya, dalam menempuh rute yang jauh serta lautan ganas yang dilaluinya. 


Kapal Phinisi mempunyai keistimewaan untuk berlayar tanpa menggunakan mesin

Ciri Khas & Keunikan 
Phinisi merupakan sebuah kapal layar tradisional Sulawesi Selatan yang memiliki desain dengan ciri tersendiri. Ciri utama bahtera ini terdapat pada layarnya yang berjumlah 7 hingga 8 layar dengan ukuran yang bervariasi. Dua buah layarnya yang berukuran besar berfungsi sebagai layar utama. Sedangkan layar lainnya yang berukuran lebih kecil, berperan sebagai layar pendukung bahtera ini. 

Phinisi pada umumnya memiliki panjang 10 hingga 15 meter, dengan daya angkut sekitar 20 hingga 30 ton. seluruh bagian kapal ini dibuat dari kayu besi sebagai bahan utamanya. 

Pada sebuah Phinisi terdapat sejumlah komponen penting. Komponen tersebut diantaranya adalah Anjong (segitiga di bagian depan), Sombala (layar utama), Tanpasere (layar kecil berbentuk segitiga yang ada di setiap tiang utama), Cocoro Pantara (layar pembantu di bagian depan), Cocoro Tangnga (layar pembantu di bagian tengah) dan Tarengke (layar pembantu di bagian belakang).


Pemandangan dari atas kapal Phinisi

Phinisi yang dibuat pada umumnya terbagi ke dalam dua jenis, yakni Palari dan Lamba atau Lambo. Palari adalah Phinisi klasik dengan desain lunas-nya yang melengkung. Sedangkan Lambo merupakan jenis Phinisi modern yang berukuran yang lebih besar dan Palari dan pada umumnya telah dilengkapi dengan mesin sebagai tenaga penggeraknya. 

Kaya Makna
Bontobahari di Bulukumba, Sulawesi Selatan, adalah daerah yang dikenal sebagai pusat pembuatan Phinisi terbaik di Indonesia. Pembuatan Phinisi di sini masih dilakukan dengan teknik-teknik tradisional yang diwariskan oleh para leluhur. 

Misalnya dalam hal desain. Tidak seperti dalam pembuatan perahu modern, pembuatan Phinisi di sini dilakukan tanpa mengacu pada gambar, melainkan berdasarkan kemahiran, pengalaman dan kecermatan sang pembuatnya. Begitu pula dengan bahan perekat kayu yang digunakan, dimana masih menggunakan perekat berbahan alami. 


Renovasi dan pembuatan kapal Phinisi yang membutuhkan waktu lama dan ketelitian

Pembuatan Phinisi dilakukan pada waktu tertentu, yakni pada tanggal lima dan tujuh di awal bulan. Angka lima memiliki arti rezeki sudah di dalam genggaman. Sedangkan angka tujuh bermakna rezeki yang akan terus mengalir. 

Pembuatan sebuah Phinisi melalui sejumlah tahapan, yang setiap tahapnya memiliki filosofi masing-masing dan diiringi sejumlah ritual yang bersifat sakral.

Salah satu ritual yang dilakukan adalah pemotongan lunas kapal. Dengan dipimpin oleh Panrita Lopi (pemimpin spiritual), dalam ritual ini turut disertakan sejumlah syarat yang berupa sajian penganan ringan yang rasanya manis. Ini dimaksudkan agar perahu yang dibuat akan mendatangkan keberkahan atau keuntungan bagi pemiliknya. 


Kapal Pinisi yang berjejer di Pelabuhan Sunda Kelapa disaat Sunset

Ritual lain yang tak kalah unik adalah penyembelihan ayam berwarna putih. Setelah disembelih, darah ayam kemudian dipercikkan ke lunas perahu. Ritual ini menjadi simbol sekaligus sebuah pengharapan akan tidak adanya korban jiwa selama perahu ini berlayar kelak. 

Kemudian kedua lunas kapal dipotong dan diserahkan kepada pimpinan pembuat perahu. Potongan lunas bagian depan dilarung ke laut yang mengandung makna agar “jiwa” perahu yang akan dibangun dapat menyatu dengan lautan. Sementara, potongan lunas bagian belakang dibuang ke daratan. Hal ini memiliki arti dan harapan bahwa sejauh-jauhnya perahu melaut, maka ia akan dapat kembali lagi ke daratan dengan selamat. 

Namun Pembuatan sebuah Phinisi sendiri cukup lama, dimana bisa memakan waktu hingga sembilan bulan. Dibutuhkan detail pengerjaan yang cukup lama dan ketelitian untuk menciptakan Kapal Layar Phinisi yang tangguh.


layar dan tiang kapal phinisi

Phinisi dari dahulu sampai Saat ini.

Hingga kini Phinisi masih setia menemani para pelaut-pelaut di Nusantara. Di Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta atau Paotere, Makassar, misalnya, kita masih bisa menyaksikan Phinisi yang berjajar dengan tiang layarnya yang tinggi menjulang. Dalam perjalanannya, Phinisi juga telah mengalami evolusi. Perahu ini tak lagi hanya digunakan sebagai alat transportasi sebagai angkutan barang atau komoditas antarpulau, tapi juga menjadi tema tersendiri dalam bidang pariwisata. 



Kapal Phinisi di uang Rp 100, masih inget kan gan jaman dulu beli permen pakai duit ini hehe

Hal itu nampak dari pada cinderamata berupa miniatur Phinisi dengan desainnya yang unik dan menarik, kapal pesiar bagi wisatawan dan telah dilengkapi dengan beragam fasilitas modern dan mewah, layaknya di hotel bintang. Telah ada belasan kapal pesiar yang khusus didesain bagi wisatawan ini.

Pelayaran dan penjelajahan dengan Phinisi ternyata banyak diminati oleh wisatawan, terutama wisatawan mancanegara. Sebab, Wisata ini menawarkan sensasi serta pengalaman perjalanan yang unik. Dalam trip ini, segenap wisatawan juga diajak singgah di sejumlah destinasi wisata unggulan di Indonesia, seperti Pulau Komodo, Bunaken, Raja Ampat, serta destinasi eksotik lainnya. 


sumber: http://www.kaskus.co.id/thread/516ed2410975b4165700000a

0 comment:

Post a Comment