Tuesday, 14 May 2013

Mall Yang Menjadi Kota Hantu

Selain kota iblis, Cina juga memiliki mall hantu. Seperti apakah mall hantu tersebut? Yuk langsung saja kita simak artikelnya.

Kota Hantu

Seperti yang JBers ketahui, mall adalah tempat yang menyenangkan. Selain menjadi tempat belanja, mall menjadi sarana rekreasi yang menyenangkan. Sebuah kota atau negara yang memiliki mall mewah dan besar, akan memberi kebanggaan tersendiri. Karena itu, banyak negara berlomba-lomba membangun mall terbesar dan termewah. Sayangnya, ada mall terbesar yang justru menjadi ‘kawasan hantu’.

Mall tersebut adalah New South China Mall yang terletak di Provinsi Guangdong, China. Mall tersebut tampak mewah dan menawan pada awal pembangunannya. Ada banyak fasilitas yang disediakan, mulai dari toko-toko mewah, bioskop, arena bermain yang sangat besar, ada roller coaster dan sebagainya. Selain lengkap dan mewah, mall ini menjadi mall terbesar di dunia, luasnya bahkan mencapai satu desa sebesar 5 juta kaki persegi.
Kota Hantu

Sayangnya, mall ini makin lama makin ditinggalkan oleh pengunjungnya. Ribuan toko tidak dihuni, area bermain kosong, koridor tampak melompong, kerusakan ada di berbagai sudut mall. Mall ini ditinggalkan oleh pengunjungnya sejak bertahun-tahun lalu. Mengapa mall mewah dan besar ini tidak lagi ramai? Inilah mall terbesar di dunia yang pada akhirnya berubah menjadi ‘kota hantu’. Ironis bukan?
Kota Hantu

New South China Mall dibuka tahun 2005 sebagai mall terbesar. Mall ini dikunjungi oleh 100.000 pengunjung yang datang setiap harinya. Mereka menikmati keindahan mall, belanja, mencoba wahana permainan, naik perahu di sungai buatan yang melintasi bagian dalam dan luar mall, nonton bioskop atau sekedar nongkrong.

Tetapi kemeriahan itu tidak lama, semakin hari pengunjung semakin sepi bahkan tidak ada lagi yang mengunjungi New South China Mall. Tidak ada lagi wanita-wanita yang menenteng tas belanjaan, tidak ada lagi suara tawa gembira di area restoran dan tidak ada lagi tawa ceria anak-anak dan remaja yang mencoba berbagai wahana permainan.
Kota Hantu

8 tahun berlalu, New South China Mall semakin sepi pengunjung. Sudut-sudut mall yang dirancang ala keliling dunia terbengkalai. Replica Arc de Triomphe mulai mengalami kerusakan, termasuk patung Sphinx yang mulai hancur. Sungai buatan yang bisa dilintasi dengan gondola di bagian dalam dan luar mall juga mulai keruh dan mengeluarkan aroma tak sedap.

Hal yang sama terjadi di dalam mall, koridor gelap tanpa ada satupun toko yang buka. Patung manekin tampak melompong tanpa pakaian, lantai dan semua sisi penuh debu, sisa panji-panji iklan dibiarkan menggantung dari langit-langit mall. Semua kawasan mengalami hal yang sama, tidak terawat, tanpa pengunjung dan suram. Mall megah ini bagaikan mall hantu tanpa kehadiran manusia di dalamnya.

Kota Hantu

Walaupun mall ini sudah seperti kota hantu, masih ada sedikit toko yang buka, tetapi hanya di bagian depan mall. Toko-toko itu menjual makanan cepat saji atau pernak-pernik kecil, bioskop di luar mall juga masih berfungsi. Sisanya, ribuan toko menganggur tanpa ada satupun yang menyewa.

Dengan kondisi menyedihkan itu, sedikit orang yang datang ke New South China Mall lebih sering menghabiskan waktu untuk melakukan wisata mall hantu. Mereka memotret sudut-sudut mall dan berpose di depan wahana permainan yang hampir rusak atau koridor yang gelap dan kosong, bahkan sekedar mencoba naik gondola di atas sungai buatan yang melintas di dalam dan luar mall. Ya, mereka menikmati sensasi wisata kota hantu, bukan belanja.
Kota Hantu

Pertanyaan besar lalu muncul, mengapa mall sebesar dan semewah ini ditinggalkan begitu saja? Negara China sedang mengalami kemajuan ekonomi, seharusnya pembangunan mall ini disambut suka cita. Nyatanya tidak demikian.

Kesalahan lokasi pembangunan adalah salah satu penyebabnya. Mall mewah ini dibangun di daerah Dongguan, kota yang merupakan dihuni 10 juta pekerja migran. Orang yang datang ke kota ini tujuannya adalah untuk bekerja di pabrik, sehingga mereka tidak punya waktu untuk belanja. Pernyataan tersebut berasal dari seorang migran bernama Xiao yang juga bekerja di mall ‘hantu’ tersebut.
Kota Hantu

Selain lokasi yang salah dan mengharuskan orang menempuh jarak jauh jika ingin belanja, sewa toko yang mahal dituding ikut serta membuat mall ini sepi penyewa. Walaupun begitu, pihak pengelola mall optimis New South China Mall akan ramai dikunjungi dan ramai penyewa. Bulan Maret lalu mall ini dijadikan bulan promosi besar-besaran. Namun belum diketahui apakah promosi itu berhasil atau tidak.

Di China, bangunan mewah yang akhirnya jadi kota mati dan kota hantu sudah menjadi hal biasa. Banyak jutawan membangun pusat perbelanjaan, membangun real estate dan sebagainya, tetapi tidak dikelola dengan baik sehingga muncul banyak wilayah mewah yang rusak dan ditinggalkan penghuninya.

0 comment:

Post a Comment